Gambar sukarno membacakan teks proklamasi

Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
soeharto - soekarno. swararakyat208.files.wordpress.com

Merdeka.com - Sebagai presiden yang baru dilantik, Soeharto tahu benar siapa sebenarnya pemimpin yang dicintai rakyatnya. Soekarno, dianggap Soeharto sebagai tembok besar yang bisa menghalanginya untuk meraih simpati dan kepercayaan rakyat Indonesia.

Untuk menghancurkan 'tembok' besar tersebut, Soeharto perlahan-lahan mereduksi kebesaran Soekarno di hati rakyat Indonesia saat itu. Soekarno 'dibunuh' karakternya oleh Soeharto.

"Alasannya mudah saja, di tahun 1965 hingga 1966, Soekarno masih dekat dengan rakyat, masih dielu-elukan rakyat. Untuk meraih kekuasaan selain secara politis, maka sejarah tentang Soekarno juga harus direduksi atau di de Soekarnoisasi," ujar sejarawan LIPI Asvi Warman Adam saat berbincang dengan merdeka.com, Kamis (20/6).

Orang lain juga bertanya?
  • Kenapa Soekarno ganti nama?Nama asli Soekarno, Kusno, diberikan oleh orang tuanya saat ia lahir pada tahun 1901. Namun, ketika ia masih kecil, Kusno sering jatuh sakit. Akibatnya, orang tua Kusno memutuskan untuk mengganti namanya menjadi 'Soekarno.'

  • Kenapa rumah Bung Karno di Bengkulu direnovasi?Rumah itu harus direnovasi terlebih dahulu karena bekas disewa Belanda.

  • Siapa yang Bung Karno panggil setelah peragaan busana?Rupanya Presiden Sukarno memperhatikan Baby Huwae. Setelah acara selesai, Baby Huwae dipanggilnya untuk mengobrol. Di samping Bung Karno saat itu ada Siwabessy, yang kelak menjadi menteri kesehatan.

  • Apa tujuan utama kata-kata Bung Karno?Kata-kata mutiara Bung Karno tidak hanya merefleksikan semangat perjuangan dan cinta tanah air, tetapi juga mengandung nilai-nilai universal tentang kemanusiaan, keadilan, dan kemajuan.

  • Apa saja peninggalan Bung Karno di rumahnya?Di dalam bangunan, banyak sekali barang-barang peninggalan Bung Karno yang sampai saat ini masih awet. Di antaranya yaitu sepeda onthel, satu set kursi yang ada di ruang tamu, lemari maka

  • 151 Likes, TikTok video
  • A.A. Hamidhan

    HajiAnang Abdul Hamidhan (25 Februari 1909 – 21 Agustus 1997) atau yang lebih dikenal sebagai A.A. Hamidhan adalah seorang pejuang dan wartawan dari Kalimantan Selatan. Hamidhan mendirikan Soeara Kalimantan pada 5 Maret1942. Ia juga membawa berita kemerdekaan Indonesia ke Kalimantan pada 24 Agustus1945 dengan menggunakan pesawat Jepang.

    Riwayat Hidup

    [sunting | sunting sumber]

    Ia lahir di Rantau, Tapin pada 25 Februari1909. Ia menempuh pendidikan di Europeesche Lagere School di Samarinda, kemudian melanjutkan ke Gemoontelijke MULO Avondshool di Batavia Genrum, sekarang Jakarta karena politik etis Belanda yang pada saat itu membolehkan mereka yang bukan ningrat untuk melanjutkan pendidikan mereka. Saat itu jarang putra Kalimantan yang bukan keturunan ningrat dapat memasuki dunia pendidikan Eropa. Dengan kesadaran itu Hamidhan sangat menekuni pendidikannya di sana.

    Karier

    [sunting | sunting sumber]

    Pra-kemerdekaan

    [sunting | sunting sumber]

    Sejak muda, ia mengabdikan dirinya untuk dunia pers. A.A.Hamidhan sebenarnya sudah berkecimpung di dunia jurnalistik sejak tahun 1927, ketika menjadi anggota redaksi surat kabarPerasaan Kita di Samarinda dan anggota redaksi Bintang Timur yang terbit di Jakarta.

    Pada tahun 1929, ia menjadi pemimpin redaksi Bendahara Borneo (1929), Soeara Kalimantan (1930-an), Kalimantan Raya (1942), dan Borneo Shimbun (1945).

    Soeara Kalimantan merupakan surat kabar pribumi pertama yang didirikan A.A. Hamidhan di Banjarmasin. Didirikan pada tanggal 23 Maret1930. Pengaruh dari surat kabar ini besar. Langkah Anang Abdul Hamidhan itu kemudian diikuti wartawan pribumi lainnya. Dalam tempo singkat, 14 koran/majalah terbit di Borneo Selatan dalam kurun waktu 1930-1942.

    Ia pernah tiga kali kena persdelict (delik pers) dan kemudian dibui. Dua bulan penjara di Cipinang, pada tahun 1930; enam minggu penja

    Lima Hal Menarik Seputar Malam Perumusan Naskah Proklamasi

    SUASANA 17 Agustus 1945 sangat terasa di Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Jalan Imam Bonjol No.1, Menteng, Jakarta Pusat. Bangunan yang dahulu dipakai oleh Sukarno, Hatta, dan Ahmad Subardjo untuk menulis konsep (klad) naskah Proklamasi ini tetap mempertahankan kondisi asli sejak 74 tahun silam.

    “Berdasarkan foto-foto, kemudian penelitian, serta buku-buku yang dibuat oleh para tokoh yang datang pada malam perumusan, maka dibuatlah replika sesuai dengan aslinya,” kata Wahyuni (42), educator Museum Perumusan Naskah Proklamasi, kepada Historia.

    Baca juga: Lukisan Saksi Bisu Pembacaan Proklamasi Kemerdekaan

    Terjadi beberapa peristiwa unik yang mungkin tidak banyak diketahui masyarakat selama detik-detik perumusan naskah Proklamasi di tempat yang pernah menjadi gedung Kedutaan Besar Inggris ini.

    Mesin Tik Militer Jerman

    Klad naskah Proklamasi yang telah dibacakan dan disetujui oleh semua orang yang hadir di rumah Laksamana Maeda akhirnya diserahkan kepada Sayuti Melik untuk diketik. Namun, masalah muncul: di rumah itu hanya ada mesin tik berhuruf kanji. Sayuti kesulitan karena tidak ada huruf latin di sana.

    Baca juga: Tentara Jerman dalam Perang Kemerdekaan Indonesia

    Menurut penuturan Satzuki Mishima, ajudan Laksamana Maeda, yang diwawancarai tim Museum Perumusan Naskah Proklamasi, untuk mengantisipasi hal tersebut dia kemudian pergi dengan mengendarai mobil Jeep menuju kantor perwakilan militer Angkatan Laut Jerman (Kriegsmarine) di Indonesia (sekarang Gedung Armada Barat di bilangan Pasar Senin) untuk meminjam mesin tik berhuruf latin.

    Dengan mesin tik Korvetten-kapitan Dr. Hermann Kandeler itu, Sayuti akhirnya dapat menjalankan tugasnya menyalin rancangan teks Proklamasi.

    Ditandatangani di Atas Piano

    Setelah selesai merumuskan klad naskah Proklamasi, Sukarno, Hatta, dan Subarjo, pergi ke ruang tengah untuk menemui semua orang yang sedar

      Gambar sukarno membacakan teks proklamasi

    .

  • Bangunan yang dahulu dipakai
  • 1. Siapakah yang membacakan teks
  • Saat itu, Soekarno menceritakan, mikrofon